TENTANG SAYA

Senin, 17 November 2008

Wawancara Ekslusif "KORAN RADAR SULTENG", 17 November 2008

"HARAPAN BARU SULAWESI TENGAH"

SMART, supel dan mudah diajak berkomunikasi, begitulah kesan yang ditangkap Koran ini ketika bertemu dengan ibu DR. Setiana Widjaya, salah seorang calon anggota DPR RI dari Partai Demokrasi Perjuangan (PDI-P) daerah pemilihan Sulawesi Tengah. Tak sekadar komunikatif, wawasannya tentang berbagai aspek kemasyarakatan yang melilit bangsa dan daerah ini cukup luas. Berikut ulasannya tentang berbagai hal yang akan diupayakannya untuk mengangkat daerah ini jika kelak terpilih sebagai anggota DPR-RI.

Aspek pendidikan adalah hal yang menjadi prioritas bagi ibu empat anak ini. Kesehariannya yang memang bergelut dengan dunia pendidikan tak saja membuat dirinya sangat paham dengan masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Menurutnya, ukuran kuantitas kerap kali dijadikan dasar untuk menilai keberhasilan pendidikan. Tapi lanjutnya lagi, ukuran itu tak jarang juga menipu.

“Tiap tahun jumlah lulusan sekolah kita terus menunjukkan peningkatan. Tapi apakah itu memecahkan masalah pengangguran, kemiskinan, dll. Kita lupa tentang kualitas pendidikan itu. Kita tidak banyak menyentuh bagaimana guru-guru mengajar, bagaimana anak-anak dipersiapkan menghadapi pelajaran, bagaimana kurikulum yang bersesuaian dengan kebutuhan, dll,” sebutnya.

Pendidikan baginya tidak sekadar berbicara tentang sarana dan prasarana. Hal yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan pendidikan itu sejak dini. Dan ia melihat, selama ini pendidikan di usia dini sebagai bagian dari infrastruktur pendidikan tidak cukup mendapat perhatian, padahal sangat penting ketimbang sarana itu sendiri. Mempersiapkan anak di usia dini adalah sangat mendasar. “Ke depan, aspek ini harus dikembangkan lebih jauh lagi, misalnya dengan mengadakan lembaga pendidikan usia dini hingga ke desa-desa.”

Disisi lain, kualitas pendidikan kurang menyentuh kebutuhan pasar kerja. Sehingga tak sedikit dari output sekolah mendapati dirinya dalam keadaan tidak bisa bekerja. Penyebabnya, bukan semata karena ketiadaan lowongan kerja tetapi juga karena ketidakmampuan mengisi lowongan kerja.

Kurikulum yang bersesuaian sudah bersifat segera dan selain itu harus dibarengi dengan pendirian lembaga pelatihan keterampilan dan kerja untuk menanggulangi ketidaksiapan bekerja bagi para alumnus sekolah formal. “Ini bisa menjadi solusi bagi angka pengangguran yang terus membumbung dari waktu ke waktu,” sebutnya.

Selain sektor pendidikan, sektor pertanian juga mendapat perhatian bagi pendiri Yayasan Saint School yang memiliki sedikitnya 40 cabang di 10 kota besar ini. Dalam pengamatannya, momok yang paling sering dihadapi para petani adalah ketersediaan pupuk untuk usaha pertanian.

Ia mengaku, backgroundnya memang tidak bersentuhan langsung dengan aspek pertanian. Tapi dalam penelusurannya ia sampai pada sebuah ungkapan, “peluh petani belum juga kering, tapi ia harus bekerja lagi.” Menurutnya, itu terjadi karena sistem usaha pertanian tidak banyak yang berpihak kepada para petani.

Pupuk misalnya, bukan barang baru lagi jika pada setiap musim tanam kelangkaan pupuk itu mendera. Kalaupun ada harganya demikian tinggi. Biaya operasional pertanian membengkak, ujung-ujungnya juga kembali kepada petani yang sebagian besar adalah buruh tani, belum lagi panen dilaksanakan, tapi tagihan dari para tengkulak sudah mengejar.

“Ini karena kesalahan sistem. Distribusi pupuk perlu dibenahi, harus berpihak kepada para petani dan bukan sebaliknya berpihak kepada segelintir pengusaha. Kita harus paham bahwa petani adalah tulang punggung konsumsi pangan nasional. Jangan justru kita semua enak-enak makan tapi petaninya menderita,” ungkapnya.

Terhadap aspek kesehatan, peraih gelar Doctoral Honorary dari Berkeley University, USA ini punya misi tersendiri. Sebagai seorang ibu dari anak-anaknya, ia mengalami sendiri bagaimana aspek kesehatan ini mengabaikan kondisi ibu-ibu hamil dan anaknya. “Peradaban lahir dari manusia-manusia yang bisa berpikir. Untuk bisa berpikir dengan baik, maka manusia sebelum lahir sudah harus sehat. Artinya, focus perhatian tidak saja pada bagaimana tumbuh kembangnya anak, tetapi semestinya juga kepada ibu yang menghamilkannya.”

Setiap ibu harus punya pengetahuan yang cukup tentang kehamilannya. Ia harus bisa memastikan bahwa diri dan anak yang dikandungnya cukup sehat. Untuk itu diperlukan program pemahaman massal tentang kesehatan ibu dan gizi masyarakat dan penyediaan sarana kesehatan yang lebih baik.

Dikatakan, fenomena gizi buruk yang banyak dijumpai di tengah masyarakat di era sekarang ini cukup membuat miris hati. Karenanya, langkah pencegahan dan penanggulangan adalah hal yang sangat mendesak. Caranya, benang merah yang kusut harus dibenahi, semua pihak yang berkompeten harus terlibat baik langsung maupun secara koordinatif.

Terkait dengan itu, proses tumbuh kembangnya anak tidak boleh sepenuhnya diserahkan kepada garis tangan tetapi juga memerlukan campur tangan. Bagi ibu kelahiran 16 Desember 1972 ini, anak adalah generasi penentu bagi perkembangan keadaan di masa depan. Salah dalam memulainya berarti salah pula dalam akhirnya.

“Banyak hal yang belum disentuh disini seperti kekerasan anak dalam rumah tangga dan kekerasan anak dalam pendidikan. Anak harus diperlakukan sebagaimana mestinya, ia tak boleh dibiarkan berada dalam ketidakberdayaan karena anak juga punyak hak pada berbagai aspeknya termasuk hak dalam pendidikan,” ujarnya.

Untuk melakukannya, peraih International Professional Award sebagai Int’l Best Educator 2007 ini telah memulainya dengan sekolah gratis yang dirintisnya sejak beberapa tahun terakhir ini. Sejumlah anak-anak tidak mampu termasuk anak pemulung disekolahkan melalui lembaga yang didirikannya secara gratis.

“Program ini akan kita kembangkan, tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di daerah-daerah. Saya siap mensuplai kebutuhan-kebutuhan belajar bagi anak-anak yang disekolah seperti ini di daerah ini seperti buku-buku dan peralatan belajar lainnya,” akunya.

Komitmen terhadap pendidikan anak juga sudah ditunjukkan bagi wanita yang masuk kategori 10 besar Srikandi Sukses di Panggung Waralaba ini dengan beragam pertemuan dan pelatihan yang diikutinya. Ia bahkan siap meluangkan waktunya untuk berbagi dan memberi motivasi bagi keseriusan pengembangan pendidikan anak di daerah ini.


PERCEPATAN PEMBANGUNAN

Ia mengakui, dari sisi sarana dan prasarana, Sulawesi Tengah yang menjadi daerah pemilihannya masih cukup “terbelakang” dibanding daerah lainnya di Indonesia. Tapi sesungguhnya menurutnya, upaya percepatan bisa dilakukan dengan mengerahkan segala potensi yang ada. Sumber daya alam yang cukup melimpah adalah modal yang cukup besar untuk melakukan itu. Masalahnya hanya pada bagaimana memberdayakan potensi itu untuk mendapatkan manfaat bagi kemajuan daerah ini.

“Kita belum terlambat, kita masih bisa melakukannya. Kita hanya butuh komitmen bersama untuk melakukannya dan kita pasti bisa,” tandasnya.

Tapi untuk itu, ia menggarisbawahi suasana yang kondusif, tak terkecuali aspek keamanan. Konflik Poso beberapa tahun lalu menurutnya sudah harus dilupakan dan ia mengajak secara bersama menatap hari depan yang lebih baik, damai dan sejahtera dengan penuh kebersamaan. Peran tokoh-tokoh agama dan masyarakat dalam hal ini sangat penting. Perbedaan menurutnya seharusnya menjadi berkah.


KOMITMEN

Terkait pencalonannya sebagai anggota DPR-RI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah di Nomor Urut 6, Setiana mengaku merupakan suatu kepercayaan sekaligus amanah.

“Saya memang tidak lahir di Sulawesi Tengah, tapi saya tergerak karena berbagai hal. Sulawesi Tengah adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tentu saja menjadi bagian dari saya juga yang sepantasnya dan seharusnya sama dengan daerah lainnya di Indonesia.”

Ia mengaku, mewakili Sulawesi Tengah adalah sebuah panggilan untuk membawa kebaikan bagi daerah ini ke arah yang lebih baik. Ini katanya bukan bahasa kampanye lazimnya orang-orang yang mencari dukungan untuk dipilih. “Ini adalah komitmen saya, dan jika tidak terpilih tidak akan mengurangi komitmen saya untuk berbuat yang terbaik bagi daerah ini,” tandasnya.

Selasa, 28 Oktober 2008

DR (HC) SETIANA WIDJAJA


Formal Education
• Doctoral Honorary, University of Berkeley, USA .
• Master of Early Childhood Education (In Process)
• Diploma of Early Childhood Education
• Modern Montessori, Singapore, August 2004
• S-1 Degree of English Education Department Atmajaya University, Jakarta, Indonesia,1995
• SMA Santo Yoseph Jakarta
• TK, SD Maria Della Strada Jakarta

Qualifications
• Successful experience in teaching Kindergarten, Junior and Senior High School setting
• Formulate study plan for the tutors to upgrade their English language skills
• Competency in teaching, developing lesson plans, evaluating learning process and results (Computer & English)
• Ability to plan and implement appropriate learning strategies for the students
• Excellent communication and interpersonal skills

Experiences
• Teaching English & Computers for foreign Children (Korean, Indian)
• Teaching for Senior High School Students
• Giving Private tuition for International school students (Physics, Maths, and Science subjects)
• National Jury for micro teaching of English, 2006
• Secretary of North Jakarta Education Organization (HIPKI) - until now
• Sunday School Teacher (Bible) in St. Yakobus Church - 2007
• Making lesson plan, Trainer for the teachers, and supervising the process of learning in Scavenger Kindergarten (TK anak pemulung), Islamic Centre – until now
• Bendahara FORKAM (Forum Komunikasi) HAM
• Ketua II HIPKI (Himpunan Pengusaha Kursus) Jakarta Utara

Training
• Training batch in Human Rights , Conflict prevention and peace promotion 2006, Strasbourg France (Pencegahan Konflik dan Peningkatan Perdamaian)
• Evaluation of Human Rights Training ( Children’s right ) , Indonesia France Joint Cooperation . ( Hak Anak )
• Interfaith Dialogue Training, Harford University, America (Keanekaragaman umat beragama )
• Domestic Violence Training, France Embassy (Kekerasan dalam Rumah Tangga)
• National English examiner training

Award
• Juara 1 Jakarta Utara Pengelola Kursus
• Runner up DKI Jakarta Pengelola Kursus
• Indonesian Quality and Development Award
• International Professional Award : as Int’l Best Educator 2007
• 10 Srikandi Sukses di Panggung Waralaba
• Int’l Small And Medium Business Entreupreneur Award (ISAMBEA)
• Int’l Golden Award